loading...

Wednesday, December 6, 2017

VAR Teknologi World Cup 2018



Bagi penggemar Inggris mungkin tidak akan pernah lupa dengan insiden dalam video tersebut. Insiden itu akan selalu diingat oleh seluruh pecinta sepakbola seluruh dunia. Tidak disahkannya gol Frank Lampard membuat semangat dan mental tim "The Three Lions" saat itu langsung drop. Inggris harus mengakui keunggulan Jerman 1-4. Inggris tersingkir dari Piala Dunia 2010


Dua tahun kemudian kontroversi terjadi lagi. Kali ini disebut dengan nama "ghost goal" yang menimpa Sullay Muntari, saat AC Milan melawan Juventus. Dimana pertandingan tersebut untuk memperebutkan gelar Scudetto Liga Italia. Setahun setelahnya, "ghoast goal" menimpa Bayer Leverkusen saat berseteru dengan Hoffeinheim dalam Bundesliga musim 2013/2014. Gol Stefan Kiessling dianulir wasit dan dinyatakan tidak gol.


Kontroversi yang terjadi diatas berbuntut panjang, federasi sepakbola tertinggi di dunia, FIFA mulai mencari cara agar isu ini bisa terpecahkan. Ide mengguanakan "teknologi garis gawang" atau biasa disebut "goal-line technology" (GLT) pun muncul. Adidas dan Cairos Technologies berkolaborasi menciptakan GLT. Dimana konsepnya adalah di dalam bola akan ditanam chip sensor yang nantinya akan mengirimkan sinyal sebuah receiver berbentuk seperti jam tangan yang dipakai oleh wasit. Jam tangan tersebut akan menerima sinyal jika bola telah melewati garis gawang.

Teknologi Garis Gawang
Goal-line technology




Legenda sepakbola yang juga pernah menjabat sebagai presiden FIFA, Michel Platini mengatakan tidak setuju penggunaan Teknologi Garis Gawang. 

"Saya rasa tidak perlu menggunakan teknologi garis gawang itu. Karena dengan tidak menggunakannya, maka kita semua menghargai kinerja official pertandingan. Terpenting, baik para wasit, hingga asisten menerima kritikan dari para penikmat sepakbola. Dengan demikian, sepakbola tetap indah untuk kita nikmati", ungkap legenda sepakbola asal Prancis ini.




Bisa dikatakan GLT ini memang terlau banyak memakan biaya dan sangat mahal. Sehingga hampir sebagian besar komeptisi di Eropa tidak menggunakan teknologi GLT.




Sekarang, muncul VAR (Video Assistance Reffere). Sama halnya dengan GLT, tapi VAR lebih memanfaatkan kamera yang tersedia di lapangan dan satu monitor yang bisa digunakan oleh wasit di lapangan untuk memutar kembali (rewind) kejadian yang membuat wasit ragu untuk mengambil keputusan atau luput dari penglihatannya.




Teknologi VAR sudah mulai diterapkan di berbagai kompetisi liga di Eropa bahkan liga Amerika Serikat atau Major League Soccer (MLS) sudah menggunakannya. Penggunaan teknologi VAR ini juga mengundang pro dan kontra. Bagi yang pro, pertandingan mungkin akan terlihat fair jika ada "pemain" nakal. Bagi yang kontra, permainan akan menjadi kurang greget. "Pemain nakal" akan berpikir untuk melakukan "acting sebagai pesakitan". Sepertinya VAR Technology akan digunakan selama perhelatan World Cup 2018 di Russia bulan Juni nanti. Mari kita lihat, se-menarik apakah World Cup 2018 nantinya dengan hadirnya VAR Technology.








1 comment:

  1. Menurut saya bagus dengan adanya teknologi VAR ini, sepak bola jg harus mengikuti perkembangan teknologi
    bukan tidak menghargai kinerja staff ooficial dan wasit
    tapi untu meminimalisir kerugian bagi salah satu tim atau club
    seperti TImnas inggris

    ReplyDelete

King Indonesia ! Mulai Menunjukkan Kekuatannya

 Pertandingan Indonesia melawan Arab Saudi pada tanggal 19 November 2024 di Stadion Gelora Bung Karno adalah titik balik dari Timnas Indones...